Sunrise Sikunir Dieng Pletau

on Sabtu, 26 Januari 2013











Basketball Qoutes #2

Some say it is just another ball game. However, basketball enthusiasts swear that the game is the purpose of life. While both views are extreme, you cannot help being intrigued by the genuine fanaticism of the fans. Read these famous basketball quotes. Maybe, in these famous basketball quotes, you will find the purpose of life.
  • Jason Kidd
    A lot of late nights in the gym, a lot of early mornings, especially when your friends are going out, you're going to the gym, those are the sacrifices that you have to make if you want to be an NBA basketball player.
  • Magic Johnson
    Ask not what your teammates can do for you. Ask what you can do for your teammates.
  • Elgin Baylor
    Coaching is easy. Winning is the hard part.
  • Michael Jordan
    Even when I'm old and grey, I won't be able to play it, but I'll still love the game.
  • Wilt Chamberlain
    Everybody pulls for David, nobody roots for Goliath.
  • Kobe Bryant
    Everything negative -- pressure, challenges -- are all an opportunity for me to rise.
  • Kareem Abdul-Jabbar
    Great players are willing to give up their own personal achievement for the achievement of the group. It enhances everybody.
  • Michael Jordan
    I can accept failure, but I can't accept not trying.
  • Dennis Rodman
    I couldn't care less if the guy I'm guarding has HIV. I'm going to slam him anyway.
  • Kareem Abdul-Jabbar
    I think someone should explain to the child that it's ok to make mistakes. That's how we learn. When we compete, we make mistakes.
  • Julius Erving
    I think that my God-given physical attributes, big hands, and big feet, the way that I'm built, proportion-wise, just made basketball the most inviting sport for me to play.
  • Michael Jordan
    Obstacles don't have to stop you. If you run into a wall, don't turn around and give up. Figure out how to climb it, go through it, or work around it.
  • Larry Bird
    Once you are labeled the best you want to stay up there, and you can't do it by loafing around. If I don't keep changing, I'm history.
  • Larry Bird
    Push yourself again and again. Don't give an inch until the final buzzer sounds.
  • Michael Jordan
    Some people want it to happen, some wish it would happen, others make it happen.
  • Michael Jordan
    Talent wins games, but teamwork and intelligence wins championships.
  • Michael Jordan
    The game is my wife. It demands loyalty and responsibility, and it gives me back fulfillment and peace.
  • James Naismith
    The invention of basketball was not an accident. It was developed to meet a need. Those boys simply would not play "Drop the Handkerchief."
  • Jerry West
    You can't get much done in life if you only work on the days when you feel good.
  • Michael Jordan
    I would tell players to relax and never think about what's at stake. Just think about the basketball game. If you start to think about who is going to win the championship, you've lost your focus.
  • Charles Barkley
    If you are afraid of failure you don't deserve to be successful!
  • Julius Erving
    If you don't do what's best for your body, you're the one who comes up on the short end.
  • Elgin Baylor
    If you look up the definition of greatness in the dictionary, it will say Michael Jordan.
  • Isiah Thomas
    If you want consistency, then you perform. This is a performance job. You get paid to perform. Your money is guaranteed, but your minutes are not.
  • Larry Bird
    I've got a theory that if you give 100 percent all of the time, somehow things will work out in the end.
  • Kareem Abdul-Jabbar
    I've had enough success for two lifetimes, my success is talent put together with hard workand luck.
  • Michael Jordan
    I've missed more than 9000 shots in my career. I've lost almost 300 games. Twenty six times, I've been trusted to take the game winning shot and missed. I've failed over and over and over again in my life. And that is why I succeed.
  • Larry Bird
    Leadership is diving for a loose ball, getting the crowd involved, getting other players involved. It's being able to take it as well as dish it out. That's the only way you're going to get respect from the players.
  • Pete Maravich
    Love never fails. Character never quits. And with patience and persistence, dreams do come true.
  • Shaquille O'Neal
    Me shooting 40% at the foul line is just God's way to say nobody's perfect.
  • Isiah Thomas
    My greatest gift that I have in life is basketball.
  • Kevin Johnson
    No matter what you say, you can have as many receivers as you want; there are enough balls to go around.

10 Cara Menjadi Pemain Inti


1. Tanya Pelatih Apa Yang Bisa Kamu Lakukan Untuk tim
Mungkin ini hal yang paling penting yang bisa kamu lakukan, karena hal ini menunjukkan komitmen kamu terhadap tim kamu. Jika kamu lebih mementingkan kemenangan tim daripada kemenangan individu, maka kamu akan menjadi pemain yang akan disukai pelatih dan teman satu tim anda
2. Bermain Sebaik MungkinTidak semua pemain bisa mencetak score, jadi lakukan saja yang terbaik yang bisa kamu berikan ke tim kamu. Jika kamu melakukan hal yang merugikan tim, maka kamu akan duduk di bangku cadangan. Misal, jika kamu adalah pemain yang jago dalam Rebound dan Defense, maka 2 hal itu sebaik mungkin. Lakukan apa yang bisa kamu lakukan, jangan lakukan yang tidak bisa kamu lakukan !!!. Saat kamu latihan, itu lah saat kamu bisa memperkuat keahlianmu, meskipun itu Cuma rebound dan defense.
3. Selalu “Rame” dan Kerja Keras
”Rame” selama bermain akan membuat teman-teman kamu selalu waspada dan pelatih akan memperhatikan itu.
Kerja keras akan sangat dibutuhkan oleh tim, seperti selalu mengejar bola dan disiplin dalam menjaga lawan

4. Jadilah Jenderal Tim
Menjadi Jenderal Tim bukan hal mudah. Sebagai Jenderal Tim, kamu bisa mengendalikan arah permainan tim. Beda dengan Kapten Tim adalah, Kapten Tim biasanya dipilih karena dia lebih “titis” ( Bahasa Jawanya) dalam memasukkan bola. Kalau Jenderal Tim, dia sangat berpengaruh dalam tim itu. Tanpa dia, maka tim itu akan berjalan kurang “greget”.
5. Bermainlah Good Defense
Jika mesin point tim lawan atau siapapun yang kamu jaga sulit dalam mencetak point, maka pelatih tidak akan melihat apakah kamu bisa dribble ataupun mencetak point. Kamu akan menjadi satu orang dari starter pelatih.
6. Selalu Block Out
Tim yang mempunyai pemain dengan Rebound bagus, baik itu offensive maupun defensive rebound, maka tim tersebut akan lebih punya peluang untuk memenangkan pertandingan. Rebound yang bagus selalu diawali dengan Block Out yang bagus pula.
7. Bull’s Eye Shooter
Shooting adalah cara kita mencetak point dalam suatu pertandingan. Jika kita bagus dalam mencetak point dengan shooting, maka kamu akan menjadi andalan pelatih dalam mencetak point untuk tim kamu.
8. Great Pass and Assist
Passing dan Assist yang bagus akan sangat membantu teman satu tim kamu dalam mencetak point. Dan pelatih sangat suka akan hal itu.
9. Perhatikan Instruksi Pelatih
Pelatih yang baik selalu memberikan instruksi kepada pemainnya setiap bertanding. Kapanpun kamu ada waktu, usahakan lihat ke pelatih, dan lakukan instruksi pelatih. Kamu boleh improve jika ada peluang yang memungkinkan. Pelatih sangat memperhatikan kepedulian kamu terhadap instruksinya.
10. Jadilah Teman Tim Yang Baik
Jika teman satu tim menyukai kamu, maka kamu akan bermain dengan lebih tenang. Hal ini akan membuat kamu lebih bagus dalam bermain, sehingga peluang untuk menang akan lebih besar. Pelatih akan melihat pemain yang bisa “konek” dengan pemain lainnya

Posisi Pemain Basket



Posisi #5 – Center
Daerah sekitar bawah keranjang di Bolabasket adalah salah satu daerah yang paling keras di olahraga. Tidak gampang bagi seorang Center untuk memasukkan bola walau sudah dekat. Dia akan di hajar (dorong, tekan, tarik dsb.) dulu baru dia bisa melenggang memasukkan bola.
Ini sebabnya badan bagian atas posisi ini harus mutlak kuat sekali kalau tidak tebal. Semuashoulder’s muscle group sebaiknya diukir seperti David Robinson (Spurs retired). Hingga memudahkan dia untuk mencetak 71 angka pada suatu game. Lebih sempurna lagi kuat dan tebal seperti O’neal (Cavaliers). Hingga memperbesar % field goal bagi regunya. Press tuhshoulder sampe bengkak!
Kelincahan pemain ini tertantang karena juga porsi tubuhnya itu. Pemain posisi ini cenderung lebih lambat dalam berlari. Makanya dia akan lebih banyak menjadi trailer pada serangan cepat. Cek transisi serangan Lakers, Gasol banyak assist ke Kobe dari 2nd break untuk alley oop dunk.
Karena posisinya yang kebanyakan dekat dengan keranjang, yang menjaga pemain ini selalu tidak akan membiarkan Center lain untuk mendapatkan bola. Kemungkinan besar Big man lawan akan mencetak angka kalau dia dapat bola dekat ring. Alhasil pergulatan berebut posisi akan selalu terjadi di bawah keranjang. Lagi-lagi otot berbicara menyatakan siapa yang lebih kuat dibawah basket.
“Kamu pasti jarang banget liat dia dribble kan?” Karena keterampilannya mengiring bola yang pas-pasan, jadi tugas membawa bola bukan tanggung jawab dia. Kalau dia yang bawa bola bisa esok lusa baru sampai ring lawan!
Sementara itu tidak kurang banyak juga Center yang ahli assist. Karena daerah bermainnya juga sangat menarik dan menghisap penjagaan lawan (memancing double bahkan tripple team). Hingga teman satu tim akan banyak terbuka di luar ataupun di sisi seberang.
Dari sisi tugas dan tanggung jawab pemain ini terlihat seperti baru belajar main basket. Kerja deket-deket ring, jarak tembak yang tidak jauh dari simpai, Tidak mengolah bola banyak-banyak dan sebagainya. Tiba-tiba..
Posisi #4 – Power Forward
Kekuatan otot dan tanggung jawab rebound beda-beda tifis dengan pemain Center. Dasar perbedaan hanya di keterampilan dan kelincahan bergeraknya. Hingga sejatinya pemain ini juga bisa di match-kan dengan menjaga pemain Center lawan. Modal besar dan tinggi yang 11-12 (gak jauh beda) membuat keuntungan tersendiri karena kecepatan pemain ini.
Entah karena slow twitch dan fast twitch di otot yang beda, pemain ini banyak juga yang sama tinggi dan besar dengan pemain Center. Tapi kelincahan dan kecepatannya sangat jauh dengan teman Center-nya.
Posisi #3 – Small Forward
Lazimnya juga pemain yang bermain di posisi ini mempunyai badan yang paling atletis. Berlari mengisi jalur pada serangan cepat dan menyelesaikannya dengan kuat. Mencetak angka dari hampir mana saja di lapangan basket. Pokoknya pemain basket bangetlah dia ini. Shooting jago, dribble bisa juga, daya jelajah sampai Merauke! Jadi tinggal pelatihnya saja mau dia fokus dimana tugas dan tanggung jawabnya.
Kelemahan posisi ini biasanya lebih ke ego pemainnya. Karena bakat dia, posisi ini sering terlalu bernapsu untuk mencetak angka atau juga terlalu ingin berbuat banyak dengan bola ditangannya.
Memang juga kebanyakan pelatih mau bola ditangannya. Kemampuan passing dan menggiring bola menjadikan dia mencipta banyak kemungkinan positifnya daripada negatifnya. Kalau tidak mencetak angka, dia bisa melakukan umpan yang matang buat teman satu regunya. “EH! Itu lucu banget tuh yang kecil, lari-lari tau-tau udah nembak aja dia.” Sambil tertawa kecil, sayang-cantik-elok-rupawan lawaskoe bertepuk tangan.
Posisi #2 – Shooting Guard
Nah kalau yang abis masukin bola itu emang kerjaannya lebih banyak nih. Cepat dan lagi lincah! Tapi dia fokus ke shooting, dan umumnya penembak terbaik memang bermain di posisi ini. Kemampuan dribbling yang baik membuat dia menjadi pilihan kedua buat membawa bola dan memimpin serangan cepat.
Masuk menusuk ke dalam untuk mencetak angka dalam transisi serangan ataupun juga saat set (penjagaan lawan sudah siap 5 orang) . Dish ke box A dan B (kiri-kanan low post) sering dia lakukan karena big man lawan akan berotasi mengambil jaga pemain ini. Open teman big-nya, dish! Untuk bertahan? Udah jadi jaminan mutu kalau kecepatan dan kelincahan menjadi modal dalam penjagaan. Salah satu penjaga terbaik di tim biasanya seorang guard.
Tembakan 3 angka menjadi makanan posisi ini di lapangan. Pernah saya saksikan ada shooting guard lokal kita yang memasukan 10 3pt dari 11 kali percobaan. Saya pikir (mungkin saya salah) ini masih menjadi rekor nasional sampai sekarang. Mengingat ini, menarik sekali bagaimana tim dia menopang dan mendukung dia hingga bisa melakukan attempt sebanyak itu dari luar garis 3 angka. Pelatihnya yang set itu atau memang point guard timnya yang selalu membuka peluang buat shooting guard yang lagi panas saat itu.
Posisi #1 – Point Guard
Pada sebuah tim basket yang baru beranjak naik, posisi ini sangat-sangat penting. Karena pemain posisi ini dari aspek keterampilan dan pengetahuan tentang Bolabasket sangat akan membantu pelatih dalam menyalurkan sistem main yang si pelatih percaya.
Kepemimpinan seorang point adalah mutlak, ini akan ditunjang dengan skill si pemain ini. Agak sulit memang kalau sebuah tim basket dipimpin oleh pemain point guard yang pas-pasan. Begitu dia mencoba membahas sesuatu tentang big man di timnya, hentak semua pemain dalam tim akan berkata’ “Bawa bola kedepan aja koe gak becus,koe mau ngatur kita main basket, lagi!”
Atau saat pemain ini ngomong mengingatkan untuk semua temannya supaya sprint balik bertahan . “Turn over mu sekarung gitu! Apa bedanya dengan kita gak pada balik jaga?”
Pemain posisi ini sungguh sangat lebih basket dari posisi #3 (umumnya) di lapangan. Hanya bakat alamiah saja yang membedakannya seperti tinggi badan dan besarnya. Shooting, passing, menjaga dan membuat angka. Semua menjadi tugasnya dengan satu kelebihan lain. Posisi ini adalah kepanjangan tangan pelatih dilapangan. Jadi pengetahuannya tentang game dan alur permainan yang sedang terjadi mesti pada halaman yang sama dengan pelatihnya.

Pendakian Gunung Sindoro

on Rabu, 23 Januari 2013
     Sekitar jam 8 pagi kami yang beranggotakan 15 anak berangkat dari kota Wonosobo, menuju kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung menggunakan Bus micro. Sesampai di Kledung kami berjalan sampai Basecamp pendakian, mungkin bukan hal yang luar biasa, tapi setau saya masih sedikit anak SMP yang mendaki gunung.
      Di Basecamp kami berhenti sekitar 15 menit untuk meminta izin dan beristirahat sejenak, seusai beristirahat, perjalanan panjangpun dimulai, perjalanan yang sangat berat untuk fisik anak SMP. Gunung Sindoro memiliki 4 Pos yang harus dicapai sebelum mencapai puncak gunung Sindoro sendiri. Kami beranggotakan Muhammad Fauzan, Jeff Kemal Azis, Jaro Kenya, Rizal Amril Yahya, Balya Muhammad, Kristiawan Adi, Achmad Yanatun, Muh.Herru Supramono, Farisgina Almeyda, Bisma Paraswasito, Rama Isnanda Bachri, Hani, serta Reco, memulai pendakian itu.
      Pos 1 pun dilewati dengan kerja keras, pendakian dibagi menjadi 3 kelompok pada saat itu, ada yang sudah diatas, di tengah, dan dibawah, sesampai di Pos 2 kami beristirahat sejenak melepas lelah perjalanan. Bekal yang kami bawa kami hemat selama perjalanan, kami hanya makan kerupuk dan nasi selama perjalanan, tapi rasanya sungguh luar biasa.
      Kami mendaki dari bawah mulai jam 9, sesampai di pos 3, jam 2 siang. Kami bermalam di pos 3 karena mengingat cuaca pada saat itu hujan, serta fisik yang sudah lelah. Kami mendirikan 5 tenda, 4 untuk bermalam, dan 1 untuk tenda barang. Sungguh pendakian yang asyik. Disana kami bercanda tawa, melepas lelah dengan tawa, dan kopi, serta hangatnya api unggun menemani kami.
     Pagi - pagi subuh, kami menyempatkan diri tidak tidur untuk melihat "sunrise sindoro" sungguh indah karya -Nya. Seperti negeri diatas awan bisa dibilang, gradasi warna yang sangat pas ditambah hangatnya matahari jingga pagi sungguh mencuci mata. Setelah melihat sunrise, sekitar jam 11 kami memutuskan untuk turun gunung, karena perbekalan sudah habis. Walau hanya 1 hari 1 malam, sungguh pengalaman yang mengesankan, tiada duanya. Kami berharap selanjutnya akan menakklukan gunung yang lain.








 JARO KENYA

Basketball, Love

on Senin, 21 Januari 2013
Vinka sibuk menghitung satu persatu benda yang ada dihadapannya. Tujuh, delapan, sembilaann…. Yupz! Ia menjentikan jarinya. Kemudian ia bergegas mencari sesuatu didalam laci almari kamarnya. Ia mendapatkan yang ia cari. Iapun langsung menyelidiki isi didalamnya. Tinggal delapan puluh tujuh ribu empat ratus rupiah yang masih tersisa di dompetnya.
                Vinka membulatkan tekadnya untuk yang kesekian kalinya. Ia segera mengambil jaket dan mulai mengenakannya. Kali ini ia benar-benar harus mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia ingin menggenapkan hitungannya menjadi sepuluh. Ia keluar dari kamarnya dengan mengendap-endap. Ia jinjitkan kedua kakinya agar tidak menghasilkan suara apapun. Tapi, sial ! ia selalu saja ketahuan.
                “mau kemana lagi kamu?” sapa ibunya mengejutkan Vinka.
                “anuuu, emm, eng,” Vinka berpikir keras. Alasan apalagi yang harus ia berikan agar Ibunya percaya.  Ia menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.  “mau ketemu temen, Mam.” Jawabnya mantap.
                “mau ketemu temen kok bajunya casual gitu. Yang cantik dong.” Sanggah ibunya sambil meneliti Vinka dari ujung rambut sampai kaki. “Vinka… kamu kan cewe sayang. Anak perempuan mama satu-satunya. Masa penampilan kamu ogah-ogahan kaya cowok gini, sih?!” omel ibunya dengan nada sedih.
                “mam, please deh. Lagian Cuma mau ketemu temen aja kok. Kenapa harus rapi-rapi sih!”
                “mama tau! kamu bukan mau ketemu temen kan?” ujar ibunya menyelidik. “hmm.. lagi-lagi. Mau berapa banyak sih bola basket yang kamu koleksi? Mama sampe pusing tau ngga, liat anak permpuan mama kaya gini.”
                “mam, dibalik hobi Vinka yang kecowo-cowoan, Vinka juga masih punya sisi feminine kok. Kalo dipersen, mungkin kefemininan Vinka 70% lah.” Kilah Vinka menjelaskan. “udah yam mam, Vinka pergi dulu. Dah, mam! “ pamitnya sambil berlalu pergi setelah mencium punggung tangan ibunya.
                Ibunya hanya geleng-geleng kepala memperhatikan tingkah laku anak gadisnya.


                ****


Vinka sampai di CPM ( toko yang menyediakan perlengkapan olahraga ). Dengan ramah para pramu niaga menyapanya.  Para pramu niaga toko sudah tidak asing dengan wajah Vinka. Vinka memang sudah menjadi pelayan tetapnya sejak sepuluh bulan yang lalu. Bahkan mereka sudah tau apa yang akan Vinka beli disana. Dengan ramah, mereka menawarkan beberapa jenis bola basket keluaran terbaru. Seperti yang selalu Vinka tanyakan jika datang kesana.
                Vinka mengamati setiap label harga yang tertera pada masing-masing bola basket yang dipajang disana. Lagi-lagi Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.  Ia mengeluarkan uang dari saku celananya kemudian menghitungnya sambil mengamati kembali label-label harga yang tertera. Matanya tertuju pada salah satu bola basket yang dipajang disana. Unik! Terjangkau. Walaupun barang lama. Pikirnya.  
                Tak ambil pusing, dengan segera ia mengambil bola basket yang ia suka kemudian menyerahkannya ke kasir. Setelah proses pembayaran usai, Vinka tidak langsung pulang kerumah. Seperti biasa ia datang ketaman tempat biasa ia bermain basket.
                Ia mulai mendribling bolanya daaaannn shoot. Tiba-tiba ia menghentikan permainannya. Ia amati bola basketnya. Ia mendapati gambar sepasang mata disana.Tatapannya cool. Biarpun Cuma gambar. Like a real eyes! Teliti batinnya. Vinka semakin meneliti bola basketnya. Terpampang jelas tulisan bertinta hitam tebal pada bola basketnya. Ia mulai membacanya.
Hai ! gue Olav. Send me back.
Vinka semakin penasaran dengan sipenulisnya. Akhirnya Ia melakukankan ide gilanya. Ia kembali ke CPM. Setelah sampai kembali disana, ia  beranikan diri meminjam spidol hitam permanen pada pramu niaga yang ada disana. Ia mulai menggambar sepasang matanya pada bola basketnya. Para pramu niaga terheran-heran dibuatnya. Kemudian Vinka mulai menulis dibawah tulisan yang diduga tulisan sipemilik asli bola basket yang baru ia beli.
Hai ! gue Vinka. Send me back.
Setelah selesai, Vinka memberikannya pada pramu niaga yang barusan meminjamkannya spidol.
“mba, gue titip ini ya. Tapi jangan dipajang. Kalo misalnya ada orang yang nanyain laku atau belumnya bola basket yang dia jual kesini. Mba Tanya namanya, kalo namanya Olav. Berarti bener, dia pemilik bola basket ini sebelumnya. Trus mba kasihin deh bola basket ini.” Jelas Vinka panjang lebar.
Pramu niaga itu hendak menolak. Namun Vinka sama sekali tidak memberikannya kesempatan untuk bicara. “please, mba. Jangan nolak. Udah ya mba, besok gue kesini lagi.” Ujar Vinka yang langsung pergi begitu saja.
*****

Seorang cowok bertubuh atletis dengan perawakannya yang tinggi tegap dengan kulitnya yang langsat berhenti di depan CPM. Ia masuk, kemudian bertanya pada salah satu pramu niaga disana.
“mba, bola basket yang kemarin……” belum sempat ia menjelaskan, namun pramu niaga itu langsung memotong pertanyaannya.
“mas Olav ya?” serrgahnya yakin.
“kok tau?” Tanya Olav dengan dahi berkerut.
“nih.” Ujar pramu niaga itu sambil memberikan bola basket yang Olav maksud. Tak lupa ia memberi Olav spidol yang sama yang sempat digunakan oleh Vinka juga.
Olav langsung mengerti. Ia segera membaca tulisan yang diduga sebagai jawaban pada bola basketnya. Iapun bergegas membalas kembali pesan pada bola basketnya.

*****

Hari ini genap hari ketiga puluhnya Vinka dan Olav saling berkirim pesan lewat bola basket unik itu. Kini, bola basket itu tidak lagi bertuliskan sporty seperti pada awal Vinka membelinya tapi sudah penuh oleh tulisan-tulisan Vinka dan Olav. Hampir tak bisa terbaca lagi. Akhirnya karena sudah tidak tersedia lagi tempat untuk menulis, mereka memutuskan untuk saling bertemu. Vinka merasa hatinya terpaut oleh sorot mata yang digambarkan Olav. Begitupun dengan Olav, ia merasa terpikat oleh gaya bicara Vinka lewat tulisan itu.
Gue tunggu di SG (Sport Garden)!
Kata-kata itu yang terakhir Vinka tulis pada bola basket unik itu.
Ok! Lo mainin bola basket ini deh, so gue ngga susah nyariin lo.
kata-kata ini juga yang terakhir Olav tulis pada bola basket itu.
Setelah sampai di SG, Vinka terus mendribling bola basket unik itu kemudian shoot. Ia melakukannya berulang-ulang. Kini peluhnya sudah mulai terlihat membasahi poninya. Walaupun rambutnya sudah ia ikat tetap saja gerah datang menyergapnya. Ia terus bermain sambil sesekali menghapus keringatnya yang semakin deras.
Olav berdiri disamping kursi taman dekat lapangan basket. Ia sengaja mengenakan kaos basket oblong yang mana dipunggungnya tertera nama Olav agar Vinka mengenalinya. Olav mengamati gerak-gerik setiap orang yang bermain basket disana. Ia mencari sipemain bola basket uniknya itu.  Ia tertuju pada salah satu cewek manis, berkulit lebih langsat darinya, berambut diikat sepunggung, berpakaian casual, dannn memainkan bola basket unik itu. Yups! Ia tidak salah lagi. Itu pasti Vinka. Duganya mantap dalam hati.
Olav mendekati cewek yang ia duga adalah Vinka. “ekhm!” dehemnya untuk mengalihkan Vinka dari permainannya. Vinka berbalik, ia menatap Olav dalam-dalam. “Vinka, ya?” Tanya Olav to the point.
“Olav, ya?” ujar Vinka balik bertanya.
Olav langsung membuka jaketnya dan memperlihatkan tulisan dipunggung kaos basketnya. Iapun berbalik kembali kemudian mengulurkan tangan. “ya, gue Olavo Rastafara.”
“gue Floy Navinka.” Jawab Vinka sambil menjabat tangan Olav. “bentar-bentar, kayaknya….. gue pernah kenal lo deh.” Terka Vinka sambil mencoba mengingat-ingat nama Olav.
“gue juga kayaknya ngga asing sama nama lo.” Olav juga mulai mengingat-ingat nama Vinka.
Mereka saling terdiam di depan ring basket.
“Floy Navinka………. Gue inget!” seru Olav tiba-tiba. Vinkapun menatap Olav dengan yakin. Mata mereka seolah berbicara.
“mantan!” seru mereka  bersamaan sambil menunjuk. Mereka tertawa. Ternyata mereka baru menyadari bahwa mereka pernah dekat tiga tahun yang lalu sebagai sepasang kekasih. Mereka sempat berpacaran saat mereka duduk dikelas dua SMA. Kini, mereka sudah sama-sama dewasa hingga merekapun tak saling mengenali wajah masing-masing.
“gila! Lo bener-bener berubah ya, Vo!?” ujar Vinka sambil meneliti Olav. “kok, bisa sih gue ngga ngenalin loe?”
“itu karna gue makin cakep kan?” canda Olav membanggakan dirinya. “ lo juga berubah. Makin manis. Yaa….” Perkataanya terputus, matanya sibuk menyelidik pada pakaian yang Vinka kenakan. “walaupun agak tomboy.”
Vinka meninju bagian otot lengan Olav yang kekar. “sialan lo!”
“haha..! now, would you to be my girl friend again?” Tanya Olav serius.
“gila lo. Baru ketemu udah nembak.” Ujar Vinka sambil menjoglo Olav. “bisa sih, tapi itu juga kalo lo bisa menang tanding basket sama gue!” timpalnya sambil kembali memainkan bola basket unik itu.
“Ok! Siapa takut!” tantang Olav yang kemudian mengejar Vinka untuk merebut bola basket uniknya.
THE END

Basketball Quotes